Senin, 22 Juni 2015

neraca pembayaran,arus modal asing, dan utang luar negri



NERACA PEMBAYARAN , ARUS MODAL ASING, DAN UTANG LUAR NEGRI

NERACA PEMBAYARAN

Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan (yang terdiri dari neraca perdagangan, neraca jasa dan transfer payment) dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item-item finansial.
Contoh neraca pembayaran :



Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam transaksi yaitu:

1.      Transaksi debit, yaitu transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang menyebabkan berkurangnya posisi cadangan devisa.
2.      Transaksi kredit adalah transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu transaksi yang menyebabkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara.

ARUS MODAL MASUK

Neraca modal yang menggambarkan arus keluar masuk devisa yang bukan merupakan pembayaran atas barang atau jasa. Arus devisa yang di catat di neraca modal ialah devisa dalam arti arus modal masuk, baik berupa dana investasi maupun pinjaman atau utang luar negeri. Investasi dan pinjaman dari luar negeri merupakan arus masuk. Sedangkan investasi kita ke luar negeri dan pinjaman yang kita berikan kepada pihak luar negeri dicatat dalam arus keluar. Sebagian besar pinjaman luar negeri yang diperoleh pemerintah berasal dari sebuah konsorsium bernama Consultative Group for Indonesia (CGI) yang sebelumnya bernama Inter Group on Indonesia (IGGI). Arus modal asing bisa mendatangkan manfaat yang lebih besar ketimbang risikonya jika dikelola dengan benar. Diperkirakan hingga akhir tahun ini arus modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai sekitar US$25 miliar. Manfaat tersebut antara lain, penurunan biaya bunga APBN, sumber investasi swasta, pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal. Sementara risikonya adalah terjadinya pembalikan, tekanan penguatan rupiah dan gelembung ekonomi. Pemerintah perlu lebih aktif lagi untuk mendorong perusahaan swasta untuk masuk bursa lewat penawaran saham perdana (IPO) atau right issue. kemudian, memperbanyak penerbitan obligasi negara dengan berbagai macam seri dan jangka waktu.

UTANG LUAR NEGRI

Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia.

Sebulan tahun 2015 berjalan, utang luar negeri (ULN) Indonesia sudah bertumpuk. Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri Indonesia selama Januari mencapai 298,6 miliar dollar AS. Porsi ini naik 2,05 persen dibandingkan utang luar negeri di Desember 2014 sebesar 292,6 miliar dollar AS. Secara tahunan atau year on year (YoY), utang luar negeri Indonesia tumbuh 10,1 persen dibandingkan periode yang sama di 2014.

Utang swasta menyumbang porsi terbesar dari total ULN Indonesia di Januari 2015 dengan nilai 162,9 miliar dollar AS atau 54,6 persen. Dari data BI, penyumbang terbesar utang swasta pada Januari 2015 berturut-turut berasal dari sektor keuangan sebesar 47,2 miliar dollar AS, industri pengolahan (32,2 miliar dollar AS), pertambangan (26,4 miliar), serta listrik, gas, dan air bersih sebesar 19,2 miliar dollar AS.

Secara tahunan, porsi ULN swasta di setiap sektor mengalami pertumbuhan. Utang swasta di sektor keuangan tumbuh 24,9 persen YoY, industri pengolahan (8,5 persen), dan sektor pertambangan 0,2 persen. Namun pertumbuhan utang ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Desember 2014 dengan porsi masing-masing sebesar 26,9 persen YoY, 10,0 persen YoY, dan 0,3 persen YoY.

Hanya utang sektor listrik, gas dan air bersih yang pertumbuhannya melejit, yakni 12,2 persen secara YoY pada Januari 2015. Di Desember 2014, utang di sektor ini hanya tumbuh sebesar 8,9 persen YoY. Dilihat secara bulanan, pertumbuhan utang swasta pada Januari 2015 terlihat melambat. Pada Januari, pertumbuhan ULN swasta 13,6 persen. "Pada Desember 2014, pertumbuhan ULN swasta mencapai 14,2 persen," ujar Tirta Segara, juru bicara BI, Rabu (18/3/2015).

Meski utang swasta tetap tumbuh, BI menilai, perkembangan ULN masih cukup sehat. Cuma, BI tetap waspada mengantisipasi risiko utang terhadap perekonomian nasional ke depannya. BI berjanji akan tetap memantau perkembangan ULN swasta tidak menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makro ekonomi. Sayang Tirta tidak mau menjelaskan berapa banyak ULN swasta yang telah melakukan lindung nilai atau hedging.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistyaninsih menilai, perlambatan utang sektor swasta pada Januari 2015 lebih dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Pelemahan rupiah menyebabkan swasta mengerem keinginannya berutang. Selain itu, Januari merupakan siklus melambatnya kredit perbankan. "Karena berkaitan dengan produksi yang belum dilakukan," kata Lana.

Selain itu, adanya pengaruh pelambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun lalu sebesar 5,2 persen, yang menyebabkan industri mengurangi produksi dan utang. Lana memperkirakan, pada Maret tahun ini, porsi utang swasta akan kembali membengkak. Ini seiring mulainya kembali aktivitas produksi sektor swasta sebagai antisipasi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Meski demikian, penambahan tersebut juga diprediksikan tak signifikan.

Sebelumnya, Kepala Ekonom BII Juniman menilai, BI dan pemerintah masih memiliki cara untuk menurunkan laju ULN Swasta. Yakni, pemerintah dan BI mengendalikan dan mengawasi uang sektor swasta. Aturan tentang penerapan prinsip kehati-hatian ULN swasta perlu ditindaklanjuti dengan pengawasan agar swasta taat aturan. Cara lain ialah pemerintah membatasi rasio utang terhadap modal. Faktanya, banyak swasta berutang hingga 20 kali dari modalnya. Jika rasio utang dibatasi, swasta tidak akan gencar mencari utang ke luar negeri.



http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/20/111200126/Utang.Luar.Negeri.Indonesia.Kembali.Naik

perdagangan luar negri



PERDAGANGAN LUAR NEGRI

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.perdagangan internasional memberikan dampak yang baik terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik, dan perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri,  perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat  perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.

Manfaat perdagangan Internasional:
·         Menjalin hubungan baik antar negara
·         Dapat memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negara sendiri
·         Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
·         Memperluas pasar dan menambah keuntungan
·         Transfer teknologi modern

PERKEMBANGAN EKSPORT INDONESIA

Setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda-beda satu sama lain yang tidak terdapat di negara lain. Suatu negara akan membutuhkan  komoditi yang tidak tersedia di negaranya tetapi tersedia di negara lain, maka negara tersebut akan melakukan perdagangan atau pertukaran komoditi dengan negara lain.maka dengan hal ini terjadilah kegiatan ekspor dan impor tiap negara.

Melimpahnya kekayaan alam di negeri ini menyambut peluang bisnis berskala internasional. Dengan segudang hasil panen, Indonesia mampu mengekspor beberapa bahan pangan maupun bahan produksi, seperti kayu atau hasil hutan lain. Kegiatan ekspor impor ini dijadikan salah satu solusi yang dipilih agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Maraknya barang impor memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat Indonesia yang belum diproduksi di negeri sendiri.

Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antarberbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.

Kondisi ekspor impor indonesia mengalami peningkatan. Salah satunya ekspor ke Swiss.  Seperti yang diungkapkan Kementerian Perdagang (Kemendag) kinerja ekspor Indonesia ke Swiss meningkat tajam pada kuartal I/2015, yakni meningkat 30 kali lipat menjadi USD 485,4 juta.Ekspor Indonesia ke Swiss pada periode sama tahun sebelumnya hanya tercatat sebesar USD 15 juta. Sementara saat ini peningkatan ekspornya hingga 3.131%. Menurutnya, perhiasan dan permata menjadi komoditas ekspor terbesar ke salah satu negara di Eropa tersebut.

Salah satunya yang sedang marak di Indonesia adalah batu akik yang pada saat ini sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, Indonesia pun turut menyumbang peningkatan ekspor Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin, beliau mengatakan ekspor perhiasan dan permata pada Maret 2015 meningkat 24,15%. Penguatan ekspor perhiasan ini juga adanya peran batu akik. Pasalnya, batu akik saat ini sedang menjadi tren di Indonesia sehingga sangat memungkinkan jika di ekspor hingga ke mancanegara.

Jadi, ekspor impor Indonesia berada dalam kondisi yang baik. Meskipun ada beberapa komiditi ekspor yang lesu, seperti perikanan. Hal itu dikarenakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana membuka izin bongkar muatan kapal (transhipment) di dalam negeri.

TINGKAT DAYA SAING INDONESIA

Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) mengumumkan posisi indeks daya saing global Indonesia untuk tahun 2014/2015 menempati posisi 34 dari 144 negara yang disurvei.Pencapaian ini membaik empat peringkat dibandingkan posisi tahun 2013/2014 di posisi 38 dan peringkat 50 pada tahun 2012/2013.

Sementara posisi puncak ditempati Swiss disusul Singapura dan Amerika Serikat (AS). Berikutnya di posisi 10 besar adalah Finlandia, dan Jerman. Di peringkat enam ditempati Jepang, selanjutnya Hong Kong, Belanda, Inggris dan di posisi 10 Swedia. Hal tersebut tertuang dalam laporan World Economic Forum bertajuk “The Global Competitiveness Report (CGI) 2013-2014” atau laporan daya saing global yang dirilis, Rabu (3/9).


"Tingkat ekonomi global masih berisiko, meskipun sejumlah negara melancarkan kebijakan moneter yang cukup berani dalam rangka melaksanakan reformasi struktural untuk membantu pertumbuhan ekonomi," tulis laporan tersebut.

Laporan tersebut menilai, faktor pendorong produktivitas dan kesejahteraan suatu negara adalah pelaksanaan reformasi struktural di daerah guna mempertahankan pertumbuhan global. Diperlukan inovasi dan sinergi yang lebih kompak antara sektor publik dan swasta sehingga bisa mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

"Situasi geopolitk global yang memanas, munculnya kesenjangan pendapatan, dan potensi pengetatan kondisi keuangan bisa membuat pemulihan global berisiko, termasuk reformasi struktural dan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan," kata pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Forum Ekonomi Dunia, Klaus Schwab.

Dibandingkan di level Asia, posisi daya saing Indonesia sebenarnya tidak terlalu bagus mengingat tidak masuk dalam jajaran 10 besar Asia Pasifik. Indonesia kalah dari Malaysia yang menempati 20 dunia dan Thailand di posisi 31 global. Indonesia hanya lebih baik dari the Philipina (52) dan Vietnam (68).

The Global Competitiveness Report's didasarkan pada Global Competitiveness Index (GCI), yang diperkenalkan World Economic Forum pada tahun 2004. Laporan ini mendefinisikan daya saing sebagai seperangkat institusi, kebijakan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas suatu negara. Skor GCI dihitung berdasarkan 12 kategori yakni institusi atau lembaga, infrastruktur, makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi.





Referensi: http://solusibisnis.co.id/perkembangan-ekspor-impor-indonesia.html